ANAK BERBAKAT BERPRESTASI KURANG
Siswa yang berbakat memiliki
kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa, dan diharapkan mencapai prestasi yang
tinggi (unggul) di sekolah dan kelak akan menjadi anggota masyarakat yang dapat
bermakna untuk kesejahteraan bangsa dan negaranya.
Namun tidak semua siswa berbakat
dapat berprestasi setara dengan potensinya. Cukup banyak diantara mereka yang
menjadi underchiever, yaitu seseorang
yang berprestasi dibawah taraf kemampuannya. Anak-anak ini mempunyai kemampuan
mental ungul tetpi berprestasi kurang di sekolah.
Kegagalan anak berbakat untuk
merealisasikan potensi intelektual dan dan kreatifnya merupakan suatu kerugian
yang tregis bagi masyarakat khususnya dan dunia umumnya yang snagt membutuhkan
kompetensi, inovasi,dan kepemimpinan.
A.
KONSEP
DAN KARAKTERISTIK
1.
Konsep
Underachievement
atau berprestasi dibawah kemampuan ialah jika ada ketidaksesuaian antara
prestasi sekolah anak dengan indeks kemampuannya sebagaimana nyata dari tes
intelegensi, prestasi atau kreativitas, atau dari data observasi, dimana tingkat
prestasi sekolah lebih rendah dari tingkat kemampuan anak.[1]
Keberbakatan
mempersyaratkan keterkaitan antara tiga tanda ciri-ciri,yaitu kemempuan umum
atau kecerdasan,kreativitas dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi
instrinsik. Faktor motivasi instrinsik inilah yang sering membedakan siswa
berbakat berprestasi dari siswa berbakat berprestasi kurang,faktor ini sama
denga faktor afektif.
RUMUSAN
DEFINISI ANAK BERPRESTASI KURANG MENURUT BEBERAPA AHLI
Bricklin
& Bricklin (1967)
Siswa yang penampilannya di sekolah
lebih lemah daripada yang diharapkan berdasarkan tingkat inteligensinya.
Fine
(1967)
Siswa yang rentangan kemampuan
intelektualnya berada pada rentangan sepertiga bagian atas dari kemampuan
intelektual, tetapi penampilannya secara dramatik berada di bawah tingkatannya.
Finney
& Van Dalel (1966)
Siswa yang skor DAT (Differential
Aptitude Tests) berada pada 25% bagian atas bidang verbal dan numerikal dan
Indeks Prestasi Komulatif (IPK)-nya berada di bawah ratarata dari semua siswa
yang menjadi peserta DAT.
Gowan
(1957)
Siswa yang berpenampilan 1 simpangan
baku atau lebih bawahnya dari tingkat kemampuannya.
Newman
(1974)
Siswa yang berprestasi secara
signifikan berada di bawah tingkat yang diprediksikan oleh IQ-nya, yang ditunjukkan
dengan IPK C atau di bawah potensinya secara signifikan).
Pringle
(1970)
Siswa yang ber-IQ 120 atau di
atasnya yang memiliki kesulitan pendidikan dan perilaku.
Shaw
& McCuen (1980)
Siswa yang potensinya berada pada
bagian dari 25% di atas berdasarkan Tes Kemampuan Umum (IQ di atas 110) yang
memperoleh IPK di bawah rata-rata.
Thorndike
(1963)
Siswa yang berprestasi kurang diukur
dalam kaitannya dengan beberapa standar prestasi yang diharapkan atau
diprediksikan.
Whitmore
(1980)
Siswa yang mendemonstrasikan
kemampuannya yang unggul untuk prestasi akademik, tetapi tidak dapat tampil
secara memuaskan berdasarkan hasil tugas akademik dan tes prestasinya untuk
kesehariannya.
Zive
(1977)
Siswa dengan IQ tinggi yang
mempunyai prestasi rendah di sekolahnya.
2.
Karakteristik
Karakteristi anak berbakat berprstasi kurang menurut Rimm
(1985) dapat dikategorikan menjadi tiga tingkat yang berbeda sehubungan dengan
sebab dan gejala yang tampak, yaitu :
a.
Krakteristik
Primer ( Rasa Harga Diri Rendah )
Karakteristik yang paling sering ditemukan secara
konsisten pada anak berbakat berprestasi kurang ialah rasa harga diri yang
rendah.[2]
Mereka tidak percaya
bahwa mereka mampu melakukan apa yang diharapkan orang tua dan guru dari
mereka. Mereka dapat menutupi rendahnya rasa harga diri mereka denga sikap
berani dan menentang.
b.
Karakteristi
Sekunder ( Perilaku Menghindari )
Rasa harga diri yang rendah menyebabkan perilaku
menghindari yang non-produktif,baik disekoalh maupun di rumah.
Contohnya anak berbakat
berprestasi kurang menghindari upaya berprestasi dengan menyatakan bahwa tidak
ada gunanya untuk belajar. Selanjutnya mereka menyatakan bahwa jika mereka
benar berminat untuk belajar,maka mereka dapat berprestasi baik.
Dengan perilaku menghindari seperti ini mereka melindungi
diri sendiri dari pengakuan bahwa mereka tidak mempinyai kepercayaan diri atau bahwa mereka tidak mampu.
Perfecsionisme
meskipun tampaknya bertentangan,tetapi dapat
juga digunakan sebagai mekanisme pertahanan.
c.
Karakteristik
Tersier
Karena anak berprestasi kurang menghindari usaha dan
prestasi untuk melindungi rasa harga diri mereka yang rentan,maka timbul
karakteristik tersier seperti kebiasaan belajar buruk,masalah penerimaan oleh
teman sebaya,daya konsentrasi kurang,dan masalah disiplin di rumah dan sekolah.[3]
Untuk
mengatasi prestasi rendah dari anak berbakat,pendidik harus menangani ketiga
tingkat karakteristik secara terbalik. Mula-mula karakteristik tersier, kemudian
karakteristik sekunder,dan terkhir karakteristik primer.
Menyadari akan kompklesitas
keberadaan Anak Berbakat Berprestasi Kurang,
maka
setidak-tidaknya karakteristik anak berbakat akademik di antaranya
sebagai
berikut:
1. Memiliki IQ yang sangat tinggi
2. Memiliki kebiasaan kerja yang
jelek
3. Ketidakmampuan berkonsentrasi
4. Kurang usaha dalam menjalankan
tugas.
5. Minat yang kuat terhadap suatu
bidang tertentu, sehingga melupakan
akademiknya.
6. Pekerjaaannya sering tidak
selesai.
7. Harga dirinya rendah
8. Menampilkan frustasi emosional
9. Bersikap negatif terhadap diri
sendiri dan orang lain.
10. Tiadanya perhatian terhadap
tugas yang sedang dihadapi.
Ada kecenderungan dua pola perilaku
dasar, yaitu agresif dan menarik diri.
Gambaran pola perilaku agresif,
mencakup:
1) Penolakan yang terus menerus yang
ditunjukkan dengan complain.
2) Mencari perhatian.
3) Mengganggu orang lain.
4) Penolakan yang terus menerus
terhadap tugas yang ditetapkan.
5) Ketiadaan arahan diri dalam
pembuatan keputusan.
6) Pemisahan yang terus menerus dari
teman sebaya.
Gambaran pola perilaku menarik diri,
mencakup:
1) Kurangnya komunikasi
2) Dikuasai oleh dunia fantasi
3) Bekerja sendiri
4) Sebentar dalam kelas ketika dalam
penyelesaian pekerjaan.
5) Sedikit upaya dibuat untuk
menjustifai perilaku.
Karakteristik dan pola-pola perilaku
AB2K memang sering mewarnai
perilakunya.
Perilaku-perilaku tersebut seringkali menjadi indikator penting
bagi
orang lain untuk memberikan label, tanpa memperdulikan potensi apa
yang
ada di baliknya. Dengan demikian sangatlah wajar bahwa banyak terjadi
AB2K
yang tidak hanya merugikan anak-anaknya sendiri, melainkan juga merugikan
keluarga dan masyarakat.
B.
IDENTIFIKASI
ANAK BERBAKAT BERPRESTASI KURANG
Penelitian terhadap anak berbakat
berprestasi kurang menemukan ciri-ciri yang khas yang terdapt pada anak-anak
ini. Whitmore (1980) meringkas ciri-ciri yang paling penting dalam suatu daftar
yang dapt digunakan untuk mengidentifiaksi mereka.
Daftar
Identifikasi Ciri-Ciri Underachiever
Amatilah anak selama kurang lebih
dua minggu untuk menentukan apakah ia memiliki ciri-ciri berikut. Jika anak
memiliki lebih dari sepuluh ciri-ciridalam daftar, kemungkinan besar ia
termasuk anak berbakat berprestasi kurang ,dan memerlukan evaluasi lebih lanjut
,misalnya tes intelegensi individual,tes bakat atau minat,dan tes kepribadian.
Daftar Identifikasi Ciri-ciri Underschiever
|
No
|
Ciri-ciri
|
|
1
|
Nilai
rendah pada tes prestasi
|
|
2
|
Mencapai
nilai rata-rata atau dibawah rata-rata kelas dalam keterampilan dasar:
membaca,menulis,berhitung
|
|
3
|
Pekerjaan
sehari-hari tidak lengakap atau buruk
|
|
4
|
Memahami
dan memgingat konsep-konsepdengan baik jika berminat
|
|
5
|
Kesenjangan
antara tingkat kualitatif pekerjaan lisa dan tulisan ( secara lisan lebih
baik )
|
|
6
|
Pengetahuan
faktualnya sangat luas
|
|
7
|
Daya
imajinasi kuat
|
|
8
|
Selalu
tidak puas dengan pekerjaanya juga seni
|
|
9
|
Kecenderungan
ke perfeksionisme dan mengkritik diri
sendiri menghindari kegiatan baru seperti untuk menghindari kinerja yang
tidak sempurna
|
|
10
|
Menunjukkan
prakarsa dalam mengerjakan proyek di rumah yang dipilih sendiri
|
|
11
|
Mempunyai
minat luas dan mungkin keahlian khusus dalam suatu bidang penelitian dan
riset
|
|
12
|
Rasa
harga diri rendah nyata dalam kecenderungan untuk menarik diri atau menjadi
agresif di dalam kelas
|
|
13
|
Tidak
berfungsi konstruktif didalam kelompok
|
|
14
|
Menunjukkan
kepekaan dalam persepsi diri sendiri,orang lain, dan terhadap hidup pada
umumnya
|
|
15
|
Menetapkan
tujuan yang tidak realistis untuk diri sendiri, terlalu tinggi tau terlalu
rendah
|
|
16
|
Tidak
menyukai pekerjaan praktis atau hafalan
|
|
17
|
Tidak
mampu memusatkan perhatian dan berkonsentrasi pada tugas-tugas
|
|
18
|
Mempunyai
sikap acuh atau negatif terhadap sekolah
|
|
19
|
Menolak
upaya guru untuk memotivasi atau mendisiplinkan perilaku didalam kelas
|
|
20
|
Mengalami
kesulitan dalam hubungan denga teman sebaya ; kurang dapat mempertahankan
persahabatan[4]
|
C.
LATAR
BELAKANG UNDERACHIEVEMENT
Anak ini tidak terlahir sebagai underachiever. Breprestasi dibawah
kemampuan adalah perilaku yang dipelajari,sehingga dapat dihindari. Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan,mendukung,dan memperkuat perilaku anak
berbakat berprestasi kurang,yaitu :
a.
Latar
Belakang Keluarga
Latar belakang keluarga yang dapat menyebabkan anak berbakat
berprestasi kurang ialah keluarga dengan moral yang rendah,keluarga yang
terpecah karena perceraian atau kematian. Beberapa dapat diubah oleh orang tua
yang memiliki kepedulian dan memahami dinamika underachievement,seperti perlindungan yang lebih, sikap otoriter,
sikap membiarkan atau membolehkan secara berlebihan,dan tidak kesengajaan sikap
kedua orang tua.
1.
Identifikasi
dan model
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model orang tua yang
dipilih anak untuk imitasi dan identifkasi sebagian besar tergantung dari
kombinasi antara tiga perubahan yang dianati oleh anak,yaitu :
a).
Anak cenderung untuk mengidentifikasi dir dengan orang tua yang sangat
nurturant,dimana antara orang tua dan anak ada hubungan kasih sayang yang
hangat. Jika orang tua tidak menekankan prestasi,maka anak akan mengadopsi
sikap yang sama.
b).
Power ,keadaan dimana jika salah satu orang tua lebih berkuasa dari perspektif
anak,tetapi tidak menghargai pendidikan atau prestasi sekolah,kemungkinan besar
anak tidak akan berprestasi baik di sekolah.
c). Kesamaan
antara orang tua dan anak,kesamaan ini merupakan dasar yang kuat untuk
identifikasi dengan peran jenis kelamin. Beberapa peneliti mendapatkan bahwa
jika ayah lama tidak dirumah,maka anak laki-laki lebih cenderung mengalami unchiever.
Secara keseluruhan dapat disimpilkan pentingnya
identifikasi dengan model orang tua yang baik sebagai faktor keluarga yang
menjunjung prestasi tinggi.
2.
Identifikasi
berbalik ( counter-identifivcation )
Terjadi jika orang tua yang mengidentifikasikan dirinya
dengan anak. Contohnya, orang tua yang sangat memperhatikan,mengikuti,dan ikut
merasakan segala upaya,keberhasilan dan kegagalan anak.
b.
Latar
Belakang Sekolah
1.
Iklim
Sekolah
Whitmore menggambarkan lingkungan sekolah yng menyebabkan
terjadinya underachievement yaitu
kurang menghargai anak sebagai individu,iklim yang kompetitif,penekanan pada
evaluasi eksternal,kekakuan,perhatian yang berlebih terhadap kesalahan dan
kegagalan,dan kurikulum yang tidak menunjang keberbakatan.
2.
Harapan
Negatif
Jika guru mempunyai harapan rendah atau negatif terhadap
seorang siswa,biasanya anak itu akan berprestasi kurang,termasuk anak berbakat
sekalipun.
Agi anak berbakat
berprestasi kurang, melihat bahwa harapan guru yang negatif sebagai konfirmasi
bahwa ia memang tidak mampu.
3.
Kurikulum
yang Tidak Menantang
Anak berbakat dengan kebutuhan intelektual dan kreatif
amat rentan terhadap kurikulum yang tidak menantang. Mereka biasanya senang
mempertanyakan,mandiskusikan dan mengkritik serta dapat belajar melampaui
tingkatan dari kebanyakan siswa didalam kelas. Jika kurikulum kurang memberi
tantangan,mereka akan mencari ransanga di luar kurikulum. Tidak jarang siswa
berbakat berprestasi kurang disekolah dapat mencapai keunggulan dalam kegiatan
yang tidak berhubungan dengan sekolah.[5]
Whitmore
(1980) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor sekolah yang
menyebabkan
gejala berprestasi kurang, di antaranya sbb:
1. Kurangnya respek yang tulus dari
guru
2. Suatu iklim sosial yang
kompetitif.
3. Tidak adanya fleksibilitas dan
adanya kekakuan.
4. Penekanannya pada evaluasi
eksternal.
5. Adanya sindrom kegagalan dan
kondisi kritis yang mendominasi kecuali
bagi orang-orang yang berprestasi.
6. Kontrol orang dewasa/guru secara
konstan di kelas.
7. Kurikulum belajar yang tak
apresiatif
Ford and Thomas (1997) berdasarkan
studinya mengemukakan secara lebih
komprehensif
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan berprestasi kurang,
mencakup
faktor sosio-psikologis, faktor yang terkait dengan keluarga, dan
faktor
yang terkait dengan sekolah.
1.
Faktor sosiopsikologis
Self-esteem yang rendah, kinerja
akademik yang jelek, dan selfconcept
sosial
berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi siswa yang
rendah.
Ford, Harris, and Schuerger (1993) menyatakan bahwa identitas
rasial
harus juga dieksplorasi pada siswa berbakat minoritas. Bagaimana
mereka
merasakan akan nenek moyangnya dari sisi kesukuannya. Siswa
berbakat
minoritas yang tidak memiliki identitas rasial positif
memungkinkan
dapat menimbulkan tekanan yang negatif dari kelompok
sebayanya.
Di samping faktor-faktor tersebut,
perefkesinisme, kondisi emosional,
tekanan
untuk bertindak konformis, rasa tak berdaya, kurangnya
kemandirian,
perlawanan yang serius terhadap kekuasaan sekolah,
2.
Faktor yang terkait dengan keluarga
Beberapa studi telah mengeksplorasi
pengaruh variabel keluarga
terhadap
prestasi siswa berbakat minoritas. Selain itu Clark (1983) melalui
studinya
terhadap siswa berkulit hitam yang berstatus sosial ekonomi
rendah
yang anak mengalami gejala berprestasi kurang menunjukkan bahwa
orangtuanya
cenderung:
1. Kurang optimistik dan perasaan
yang terekspresikan tentang
ketidakberdayaan dan tak berpengharapan.
2.Kurang assertif dan terlibat dalam
pendidikan anak-anaknya.
3. Menetapkan harapan yang tak
realistik bagi anak-anaknya.
4.Kurang percaya diri berkenaan
dengan keterampilan pengasuhan.
3.
Faktor yang terkait dengan sekolah
Sejumlah faktor di sekolah yang
berpengaruh terhadap prestasi siswa
berbakat
berprestasi kurang, di antaranya:
Hubungan antara guru-siswa kurang positif,
1.Memiliki waktu yang sedikit untuk
memahami bahan.
2. Iklim sekolah yang kurang
supportif.
3.Tidak termotivasi dan tak berminat
untuk aktif di sekolah.
4.Kurangnya perhatian terhadap
pendidikan multikultural di kelas.
5.Guru cenderung menunjukkan harapan
yang lebih rendah terhadap siswa
minoritas dan berpenghasilan rendah.
6.Sekolah tidak memberikan program
yang sesuai dengan kebutuhan anak
berprestasi kurang.
Jika diperhatikan realitas yang ada
di lapangan bahwa ada faktor lain
yang
mempengaruhi munculnya AB2K, yaitu faktor fisikal. Dalam kaitannya
dengan
hal ini, maka kelengkapan organ tubuh dan tingkat kesempurnaan
fisik,
serta kualitas kondisi kesehatan Anak Berbakat Akademik mempengaruhi kenierja
akademik.
D.
MENGATASI
UNDERACHIEVEMENT
Menurut Rimm (1985) mengatasi underachievement memerlukan
strategikerja sama antara sekolah dan keluarga dalam menerapkan lima langkah
penting,yaitu :
1.
Penilaian
Kemampuan, Keterampilan, Kemungkinan Penguatan dari Rumah dan Sekolah
Langkah pertama untuk mengatasi underachievement ialah
dengan melakukan kerja sama antara guru BP, guru, dan orang tua. Pengelola
program anak berbakat sebaiknya mampu melakukan pengukuran atau
pengentasan,memahami berbagai gaya dan masalah belajar dan motivasi,menguasai
teori belajar dan motivasi, dan mengenal karakteristik khusus dari anak.
Beberapa tes yang sebaiknya dilakukan untuk mengetahui
kemampuan anak sesungguhnya yaitu tes intelegensi individual, tes intelegensi Stanford-Binet, tes prestasi individual,dan
tes kreativitas dan inventori.
2.
Modifikasi
Penguatan di Rumah dan Sekolah
Perilaku anak perlu diubah dengan menentukan tujuan jangka
panjang dan sasaran jangka pendek yang menjamin anak mengalami keberhasilan
langsung,meskipun kecil baik di rumah maupun di sekolah. Pengalaman
keberhasilan ini perlu diperkuat denga penghargaan atau hadiah yang tidak perlu
mahal. Hadiah tersebut harus sesuai dengan kebutuhan anak dan efektif untuk
memberikan motvasi pada anak .
3.
Mengubah
Harapan Orang yang Penting
Untuk mengubah harapan orang tua,guru dan teman sebaya cara
yang efektif dilakukan ialah dengan melakukan tes intelegensi. Bagi anak
berbakat berprestasi kurang sangat penting bila orang tua dan guru dengan jujur
dapat mengatakan bahwa mereka percaya denga kemampuan anak untuk berprestasi.
Hal ini sangat penting untuk mengubah harapan diri anak dari seorang yang
kurang berprestasi menjadi brpresatsi tinggi.
4.
Identifikasi
Model
Anak berbakat berprestasi kurang memerlukan tokoh yang berhasil
dan berprestasi sebagai model. Model tersebut memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a. Kepedulian
yang sungguh-sungguh terhadap anak
b. Jenis
kelamin yang sama
c. Kesamaan
dengan anak,misalnya dalam agama,minat,talenta,latar belakang ekonomi,dan masih
banyak lainnya
d. Keterbukaan,
yaitu kesediaan model untuk berbagi pengalamannya
e. Kesediaan
untuk memberi waktu
f. Rasa
kepuasan,dimanan model menunjukkan kepada anak bahwa prestasi yang dihasilkan
memberi kepuasan.
5.
Mengoreksi
Keterampilan yang Kurang
Anak berbakat berpresatsi kurang sebagai akibat kurang
memperhatikan di dalam kelas dan kebiasaan belajar burukmenunjukkan kekurangan
keterampilan yang perlu dikoreksi. Memperbaiki kekurangan-kekurangan akademis
tersebut perlu dilakukan dengan tepat, sehingga :
a. Anak
dapat belajar mandiri
b. Anak
tidak dapat memanipulasi tutor
c. Anak
melihat hubungan antara usaha dan prestasi
Whitmore (1980) menyarankan strategi remedial untuk memperbaiki
prestasi akademis siswa dalam bidang dimana ia mengalami kesulitan
belajar,mengalami kegagalan, dan menjadi tidak termotivasi untuk melakukan
tugas-tugas belajar.[6]
[1]
Dravis & Rimm,1985, dalam Utami
Munandar.Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat.2009.Jakarta:PT Rineke Cipta
[2]
Rimm,1985, dalam Utami Munandar.Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat.2009.Jakarta:PT Rineke Cipta
[3] Utami
Munandar.Kreatifitas dan Keberbakatan
(Strategi MewujudkanPotensi Kreatif dan Bakat).2002.Jakarata: Gramedia
Pustaka Utama
[4]
J.Whitmore.Giftedness, Conflict, and
Underachievement. (Boston : Allyn & Bacon,1980), dalam Utami Munandar.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.2009.Jakarta:PT
Rineke Cipta
[5] Utami
Munandar.Kreatifitas dan Keberbakatan
(Strategi MewujudkanPotensi Kreatif dan Bakat).2002.Jakarata: Gramedia
Pustaka Utama
[6]
Dravis & Rimm,1985, dalam Utami
Munandar.Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat.2009.Jakarta:PT Rineke Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar