Minggu, 07 Desember 2014

ANAK BERBAKAT BERPRESTASI KURANG ( UNDERACHIEVER )




ANAK BERBAKAT BERPRESTASI KURANG

            Siswa yang berbakat memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa, dan diharapkan mencapai prestasi yang tinggi (unggul) di sekolah dan kelak akan menjadi anggota masyarakat yang dapat bermakna untuk kesejahteraan bangsa dan negaranya.
            Namun tidak semua siswa berbakat dapat berprestasi setara dengan potensinya. Cukup banyak diantara mereka yang menjadi underchiever, yaitu seseorang yang berprestasi dibawah taraf kemampuannya. Anak-anak ini mempunyai kemampuan mental ungul tetpi berprestasi kurang di sekolah.
            Kegagalan anak berbakat untuk merealisasikan potensi intelektual dan dan kreatifnya merupakan suatu kerugian yang tregis bagi masyarakat khususnya dan dunia umumnya yang snagt membutuhkan kompetensi, inovasi,dan kepemimpinan.

A.    KONSEP DAN KARAKTERISTIK
1.      Konsep
      Underachievement atau berprestasi dibawah kemampuan ialah jika ada ketidaksesuaian antara prestasi sekolah anak dengan indeks kemampuannya sebagaimana nyata dari tes intelegensi, prestasi atau kreativitas, atau dari data observasi, dimana tingkat prestasi sekolah lebih rendah dari tingkat kemampuan anak.[1]
      Keberbakatan mempersyaratkan keterkaitan antara tiga tanda ciri-ciri,yaitu kemempuan umum atau kecerdasan,kreativitas dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi instrinsik. Faktor motivasi instrinsik inilah yang sering membedakan siswa berbakat berprestasi dari siswa berbakat berprestasi kurang,faktor ini sama denga faktor afektif.


RUMUSAN DEFINISI ANAK BERPRESTASI KURANG MENURUT BEBERAPA AHLI

            Bricklin & Bricklin (1967)
            Siswa yang penampilannya di sekolah lebih lemah daripada yang diharapkan berdasarkan tingkat inteligensinya.
            Fine (1967)
            Siswa yang rentangan kemampuan intelektualnya berada pada rentangan sepertiga bagian atas dari kemampuan intelektual, tetapi penampilannya secara dramatik berada di bawah tingkatannya.
            Finney & Van Dalel (1966)
            Siswa yang skor DAT (Differential Aptitude Tests) berada pada 25% bagian atas bidang verbal dan numerikal dan Indeks Prestasi Komulatif (IPK)-nya berada di bawah ratarata dari semua siswa yang menjadi peserta DAT.
            Gowan (1957)
            Siswa yang berpenampilan 1 simpangan baku atau lebih bawahnya dari tingkat kemampuannya.
            Newman (1974)
            Siswa yang berprestasi secara signifikan berada di bawah tingkat yang diprediksikan oleh IQ-nya, yang ditunjukkan dengan IPK C atau di bawah potensinya secara signifikan).
            Pringle (1970)
            Siswa yang ber-IQ 120 atau di atasnya yang memiliki kesulitan pendidikan dan perilaku.
            Shaw & McCuen (1980)
            Siswa yang potensinya berada pada bagian dari 25% di atas berdasarkan Tes Kemampuan Umum (IQ di atas 110) yang memperoleh IPK di bawah rata-rata.
            Thorndike (1963)
            Siswa yang berprestasi kurang diukur dalam kaitannya dengan beberapa standar prestasi yang diharapkan atau diprediksikan.
            Whitmore (1980)
            Siswa yang mendemonstrasikan kemampuannya yang unggul untuk prestasi akademik, tetapi tidak dapat tampil secara memuaskan berdasarkan hasil tugas akademik dan tes prestasinya untuk kesehariannya.
            Zive (1977)
            Siswa dengan IQ tinggi yang mempunyai prestasi rendah di sekolahnya.



2.      Karakteristik
      Karakteristi anak berbakat berprstasi kurang menurut Rimm (1985) dapat dikategorikan menjadi tiga tingkat yang berbeda sehubungan dengan sebab dan gejala yang tampak, yaitu :
a.      Krakteristik Primer ( Rasa Harga Diri Rendah )
            Karakteristik yang paling sering ditemukan secara konsisten pada anak berbakat berprestasi kurang ialah rasa harga diri yang rendah.[2]
Mereka tidak percaya bahwa mereka mampu melakukan apa yang diharapkan orang tua dan guru dari mereka. Mereka dapat menutupi rendahnya rasa harga diri mereka denga sikap berani dan menentang.
b.      Karakteristi Sekunder ( Perilaku Menghindari )
            Rasa harga diri yang rendah menyebabkan perilaku menghindari yang non-produktif,baik disekoalh maupun di rumah.
Contohnya anak berbakat berprestasi kurang menghindari upaya berprestasi dengan menyatakan bahwa tidak ada gunanya untuk belajar. Selanjutnya mereka menyatakan bahwa jika mereka benar berminat untuk belajar,maka mereka dapat berprestasi baik.
            Dengan perilaku menghindari seperti ini mereka melindungi diri sendiri dari pengakuan bahwa mereka tidak mempinyai kepercayaan diri  atau bahwa mereka tidak mampu.
Perfecsionisme  meskipun tampaknya bertentangan,tetapi dapat juga digunakan sebagai mekanisme pertahanan.
c.       Karakteristik Tersier
            Karena anak berprestasi kurang menghindari usaha dan prestasi untuk melindungi rasa harga diri mereka yang rentan,maka timbul karakteristik tersier seperti kebiasaan belajar buruk,masalah penerimaan oleh teman sebaya,daya konsentrasi kurang,dan masalah disiplin di rumah dan sekolah.[3]

      Untuk mengatasi prestasi rendah dari anak berbakat,pendidik harus menangani ketiga tingkat karakteristik secara terbalik. Mula-mula karakteristik tersier, kemudian karakteristik sekunder,dan terkhir karakteristik primer.
            Menyadari akan kompklesitas keberadaan Anak Berbakat Berprestasi Kurang,
maka setidak-tidaknya karakteristik anak berbakat akademik di antaranya
sebagai berikut:
            1. Memiliki IQ yang sangat tinggi
            2. Memiliki kebiasaan kerja yang jelek
            3. Ketidakmampuan berkonsentrasi
            4. Kurang usaha dalam menjalankan tugas.
            5. Minat yang kuat terhadap suatu bidang tertentu, sehingga melupakan
                akademiknya.
            6. Pekerjaaannya sering tidak selesai.
            7. Harga dirinya rendah
            8. Menampilkan frustasi emosional
            9. Bersikap negatif terhadap diri sendiri dan orang lain.
            10. Tiadanya perhatian terhadap tugas yang sedang dihadapi.
            Ada kecenderungan dua pola perilaku dasar, yaitu agresif dan menarik diri.
            Gambaran pola perilaku agresif, mencakup:
            1) Penolakan yang terus menerus yang ditunjukkan dengan complain.
            2) Mencari perhatian.
            3) Mengganggu orang lain.
            4) Penolakan yang terus menerus terhadap tugas yang ditetapkan.
            5) Ketiadaan arahan diri dalam pembuatan keputusan.
            6) Pemisahan yang terus menerus dari teman sebaya.
            Gambaran pola perilaku menarik diri, mencakup:
            1) Kurangnya komunikasi
            2) Dikuasai oleh dunia fantasi
            3) Bekerja sendiri
            4) Sebentar dalam kelas ketika dalam penyelesaian pekerjaan.
            5) Sedikit upaya dibuat untuk menjustifai perilaku.
            Karakteristik dan pola-pola perilaku AB2K memang sering mewarnai
perilakunya. Perilaku-perilaku tersebut seringkali menjadi indikator penting
bagi orang lain untuk memberikan label, tanpa memperdulikan potensi apa
yang ada di baliknya. Dengan demikian sangatlah wajar bahwa banyak terjadi
AB2K yang tidak hanya merugikan anak-anaknya sendiri, melainkan juga merugikan keluarga dan masyarakat.

B.     IDENTIFIKASI ANAK BERBAKAT BERPRESTASI KURANG
            Penelitian terhadap anak berbakat berprestasi kurang menemukan ciri-ciri yang khas yang terdapt pada anak-anak ini. Whitmore (1980) meringkas ciri-ciri yang paling penting dalam suatu daftar yang dapt digunakan untuk mengidentifiaksi mereka.
            Daftar Identifikasi Ciri-Ciri Underachiever
            Amatilah anak selama kurang lebih dua minggu untuk menentukan apakah ia memiliki ciri-ciri berikut. Jika anak memiliki lebih dari sepuluh ciri-ciridalam daftar, kemungkinan besar ia termasuk anak berbakat berprestasi kurang ,dan memerlukan evaluasi lebih lanjut ,misalnya tes intelegensi individual,tes bakat atau minat,dan tes kepribadian.
Daftar Identifikasi Ciri-ciri Underschiever
No
Ciri-ciri
1
Nilai rendah pada tes prestasi
2
Mencapai nilai rata-rata atau dibawah rata-rata kelas dalam keterampilan dasar: membaca,menulis,berhitung
3
Pekerjaan sehari-hari tidak lengakap atau buruk
4
Memahami dan memgingat konsep-konsepdengan baik jika berminat
5
Kesenjangan antara tingkat kualitatif pekerjaan lisa dan tulisan ( secara lisan lebih baik )
6
Pengetahuan faktualnya sangat luas
7
Daya imajinasi kuat
8
Selalu tidak puas dengan pekerjaanya juga seni
9
Kecenderungan ke perfeksionisme  dan mengkritik diri sendiri menghindari kegiatan baru seperti untuk menghindari kinerja yang tidak sempurna
10
Menunjukkan prakarsa dalam mengerjakan proyek di rumah yang dipilih sendiri
11
Mempunyai minat luas dan mungkin keahlian khusus dalam suatu bidang penelitian dan riset
12
Rasa harga diri rendah nyata dalam kecenderungan untuk menarik diri atau menjadi agresif di dalam kelas
13
Tidak berfungsi konstruktif didalam kelompok
14
Menunjukkan kepekaan dalam persepsi diri sendiri,orang lain, dan terhadap hidup pada umumnya
15
Menetapkan tujuan yang tidak realistis untuk diri sendiri, terlalu tinggi tau terlalu rendah
16
Tidak menyukai pekerjaan praktis atau hafalan
17
Tidak mampu memusatkan perhatian dan berkonsentrasi pada tugas-tugas
18
Mempunyai sikap acuh atau negatif terhadap sekolah
19
Menolak upaya guru untuk memotivasi atau mendisiplinkan perilaku didalam kelas
20
Mengalami kesulitan dalam hubungan denga teman sebaya ; kurang dapat mempertahankan persahabatan[4]

C.    LATAR BELAKANG UNDERACHIEVEMENT
            Anak ini tidak terlahir sebagai underachiever. Breprestasi dibawah kemampuan adalah perilaku yang dipelajari,sehingga dapat dihindari. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan,mendukung,dan memperkuat perilaku anak berbakat berprestasi kurang,yaitu :
a.      Latar Belakang Keluarga
      Latar belakang keluarga yang dapat menyebabkan anak berbakat berprestasi kurang ialah keluarga dengan moral yang rendah,keluarga yang terpecah karena perceraian atau kematian. Beberapa dapat diubah oleh orang tua yang memiliki kepedulian dan memahami dinamika underachievement,seperti perlindungan yang lebih, sikap otoriter, sikap membiarkan atau membolehkan secara berlebihan,dan tidak kesengajaan sikap kedua orang tua.
1.      Identifikasi dan model
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa model orang tua yang dipilih anak untuk imitasi dan identifkasi sebagian besar tergantung dari kombinasi antara tiga perubahan yang dianati oleh anak,yaitu :
            a). Anak cenderung untuk mengidentifikasi dir dengan orang tua yang sangat nurturant,dimana antara orang tua dan anak ada hubungan kasih sayang yang hangat. Jika orang tua tidak menekankan prestasi,maka anak akan mengadopsi sikap yang sama.
            b). Power ,keadaan dimana jika salah satu orang tua lebih berkuasa dari perspektif anak,tetapi tidak menghargai pendidikan atau prestasi sekolah,kemungkinan besar anak tidak akan berprestasi baik di sekolah.
            c). Kesamaan antara orang tua dan anak,kesamaan ini merupakan dasar yang kuat untuk identifikasi dengan peran jenis kelamin. Beberapa peneliti mendapatkan bahwa jika ayah lama tidak dirumah,maka anak laki-laki lebih cenderung mengalami unchiever.

            Secara keseluruhan dapat disimpilkan pentingnya identifikasi dengan model orang tua yang baik sebagai faktor keluarga yang menjunjung prestasi tinggi.
2.      Identifikasi berbalik ( counter-identifivcation )
            Terjadi jika orang tua yang mengidentifikasikan dirinya dengan anak. Contohnya, orang tua yang sangat memperhatikan,mengikuti,dan ikut merasakan segala upaya,keberhasilan dan kegagalan anak.
b.      Latar Belakang Sekolah
1.      Iklim Sekolah
            Whitmore menggambarkan lingkungan sekolah yng menyebabkan terjadinya underachievement yaitu kurang menghargai anak sebagai individu,iklim yang kompetitif,penekanan pada evaluasi eksternal,kekakuan,perhatian yang berlebih terhadap kesalahan dan kegagalan,dan kurikulum yang tidak menunjang keberbakatan.
2.      Harapan Negatif
            Jika guru mempunyai harapan rendah atau negatif terhadap seorang siswa,biasanya anak itu akan berprestasi kurang,termasuk anak berbakat sekalipun.
Agi anak berbakat berprestasi kurang, melihat bahwa harapan guru yang negatif sebagai konfirmasi bahwa ia memang tidak mampu.
3.      Kurikulum yang Tidak Menantang
            Anak berbakat dengan kebutuhan intelektual dan kreatif amat rentan terhadap kurikulum yang tidak menantang. Mereka biasanya senang mempertanyakan,mandiskusikan dan mengkritik serta dapat belajar melampaui tingkatan dari kebanyakan siswa didalam kelas. Jika kurikulum kurang memberi tantangan,mereka akan mencari ransanga di luar kurikulum. Tidak jarang siswa berbakat berprestasi kurang disekolah dapat mencapai keunggulan dalam kegiatan yang tidak berhubungan dengan sekolah.[5]

            Whitmore (1980) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor sekolah yang
menyebabkan gejala berprestasi kurang, di antaranya sbb:
            1. Kurangnya respek yang tulus dari guru
            2. Suatu iklim sosial yang kompetitif.
            3. Tidak adanya fleksibilitas dan adanya kekakuan.
            4. Penekanannya pada evaluasi eksternal.
            5. Adanya sindrom kegagalan dan kondisi kritis yang mendominasi kecuali
                bagi orang-orang yang berprestasi.
            6. Kontrol orang dewasa/guru secara konstan di kelas.
            7. Kurikulum belajar yang tak apresiatif
            Ford and Thomas (1997) berdasarkan studinya mengemukakan secara lebih
komprehensif bahwa faktor-faktor yang menyebabkan berprestasi kurang,
mencakup faktor sosio-psikologis, faktor yang terkait dengan keluarga, dan
faktor yang terkait dengan sekolah.
            1. Faktor sosiopsikologis
            Self-esteem yang rendah, kinerja akademik yang jelek, dan selfconcept
sosial berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi siswa yang
rendah. Ford, Harris, and Schuerger (1993) menyatakan bahwa identitas
rasial harus juga dieksplorasi pada siswa berbakat minoritas. Bagaimana
mereka merasakan akan nenek moyangnya dari sisi kesukuannya. Siswa
berbakat minoritas yang tidak memiliki identitas rasial positif
memungkinkan dapat menimbulkan tekanan yang negatif dari kelompok
sebayanya.
            Di samping faktor-faktor tersebut, perefkesinisme, kondisi emosional,
tekanan untuk bertindak konformis, rasa tak berdaya, kurangnya
kemandirian, perlawanan yang serius terhadap kekuasaan sekolah,
            2. Faktor yang terkait dengan keluarga
            Beberapa studi telah mengeksplorasi pengaruh variabel keluarga
terhadap prestasi siswa berbakat minoritas. Selain itu Clark (1983) melalui
studinya terhadap siswa berkulit hitam yang berstatus sosial ekonomi
rendah yang anak mengalami gejala berprestasi kurang menunjukkan bahwa
orangtuanya cenderung:
            1. Kurang optimistik dan perasaan yang terekspresikan tentang
                ketidakberdayaan dan tak berpengharapan.
            2.Kurang assertif dan terlibat dalam pendidikan anak-anaknya.
            3. Menetapkan harapan yang tak realistik bagi anak-anaknya.
            4.Kurang percaya diri berkenaan dengan keterampilan pengasuhan.
            3. Faktor yang terkait dengan sekolah
            Sejumlah faktor di sekolah yang berpengaruh terhadap prestasi siswa
berbakat berprestasi kurang, di antaranya:
             Hubungan antara guru-siswa kurang positif,
            1.Memiliki waktu yang sedikit untuk memahami bahan.
            2. Iklim sekolah yang kurang supportif.
            3.Tidak termotivasi dan tak berminat untuk aktif di sekolah.
            4.Kurangnya perhatian terhadap pendidikan multikultural di kelas.
            5.Guru cenderung menunjukkan harapan yang lebih rendah terhadap siswa
               minoritas dan berpenghasilan rendah.
            6.Sekolah tidak memberikan program yang sesuai dengan kebutuhan anak
               berprestasi kurang.
            Jika diperhatikan realitas yang ada di lapangan bahwa ada faktor lain
yang mempengaruhi munculnya AB2K, yaitu faktor fisikal. Dalam kaitannya
dengan hal ini, maka kelengkapan organ tubuh dan tingkat kesempurnaan
fisik, serta kualitas kondisi kesehatan Anak Berbakat Akademik mempengaruhi kenierja akademik.
D.    MENGATASI UNDERACHIEVEMENT
            Menurut Rimm (1985) mengatasi underachievement memerlukan strategikerja sama antara sekolah dan keluarga dalam menerapkan lima langkah penting,yaitu :
1.      Penilaian Kemampuan, Keterampilan, Kemungkinan Penguatan dari Rumah dan Sekolah
      Langkah pertama untuk mengatasi underachievement  ialah dengan melakukan kerja sama antara guru BP, guru, dan orang tua. Pengelola program anak berbakat sebaiknya mampu melakukan pengukuran atau pengentasan,memahami berbagai gaya dan masalah belajar dan motivasi,menguasai teori belajar dan motivasi, dan mengenal karakteristik khusus dari anak.
      Beberapa tes yang sebaiknya dilakukan untuk mengetahui kemampuan anak sesungguhnya yaitu tes intelegensi individual, tes intelegensi Stanford-Binet, tes prestasi individual,dan tes kreativitas dan inventori.
2.      Modifikasi Penguatan di Rumah dan Sekolah
      Perilaku anak perlu diubah dengan menentukan tujuan jangka panjang dan sasaran jangka pendek yang menjamin anak mengalami keberhasilan langsung,meskipun kecil baik di rumah maupun di sekolah. Pengalaman keberhasilan ini perlu diperkuat denga penghargaan atau hadiah yang tidak perlu mahal. Hadiah tersebut harus sesuai dengan kebutuhan anak dan efektif untuk memberikan motvasi pada anak .
3.      Mengubah Harapan Orang yang Penting
      Untuk mengubah harapan orang tua,guru dan teman sebaya cara yang efektif dilakukan ialah dengan melakukan tes intelegensi. Bagi anak berbakat berprestasi kurang sangat penting bila orang tua dan guru dengan jujur dapat mengatakan bahwa mereka percaya denga kemampuan anak untuk berprestasi. Hal ini sangat penting untuk mengubah harapan diri anak dari seorang yang kurang berprestasi menjadi brpresatsi tinggi.
4.      Identifikasi Model
      Anak berbakat berprestasi kurang memerlukan tokoh yang berhasil dan berprestasi sebagai model. Model tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut :

a.       Kepedulian yang sungguh-sungguh terhadap anak
b.      Jenis kelamin yang sama
c.       Kesamaan dengan anak,misalnya dalam agama,minat,talenta,latar belakang ekonomi,dan masih banyak lainnya
d.      Keterbukaan, yaitu kesediaan model untuk berbagi pengalamannya
e.       Kesediaan untuk memberi waktu
f.       Rasa kepuasan,dimanan model menunjukkan kepada anak bahwa prestasi yang dihasilkan memberi kepuasan.
5.      Mengoreksi Keterampilan yang Kurang
      Anak berbakat berpresatsi kurang sebagai akibat kurang memperhatikan di dalam kelas dan kebiasaan belajar burukmenunjukkan kekurangan keterampilan yang perlu dikoreksi. Memperbaiki kekurangan-kekurangan akademis tersebut perlu dilakukan dengan tepat, sehingga :
a.       Anak dapat belajar mandiri
b.      Anak tidak dapat memanipulasi tutor
c.       Anak melihat hubungan antara usaha dan prestasi

      Whitmore (1980) menyarankan strategi remedial untuk memperbaiki prestasi akademis siswa dalam bidang dimana ia mengalami kesulitan belajar,mengalami kegagalan, dan menjadi tidak termotivasi untuk melakukan tugas-tugas belajar.[6]





[1] Dravis  & Rimm,1985, dalam Utami Munandar.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.2009.Jakarta:PT Rineke Cipta
[2] Rimm,1985, dalam Utami Munandar.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.2009.Jakarta:PT Rineke Cipta

[3] Utami Munandar.Kreatifitas dan Keberbakatan (Strategi MewujudkanPotensi Kreatif dan Bakat).2002.Jakarata: Gramedia Pustaka Utama
[4] J.Whitmore.Giftedness, Conflict, and Underachievement. (Boston : Allyn & Bacon,1980), dalam Utami Munandar.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.2009.Jakarta:PT Rineke Cipta


[5] Utami Munandar.Kreatifitas dan Keberbakatan (Strategi MewujudkanPotensi Kreatif dan Bakat).2002.Jakarata: Gramedia Pustaka Utama
[6] Dravis  & Rimm,1985, dalam Utami Munandar.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.2009.Jakarta:PT Rineke Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar